Tuha Peut Gampong Punti Iskandar usai membuat Laporan Polisi di SPKT Polres Lhokseumawe terkait kasus penganiayaan yang dilakukan warga kepadanya, Selasa, (27/8). |
Aceh Utara | Jajaran Tuha Peut Gampong Punti Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara kembali mengalami aksi kekerasan berupa pemukulan oleh warga. Korban kali ini merupakan ketua tuha peut dan sebelumnya juga pernah terjadi hal serupa yang menimpa salah satu anggota tuha peut lainnya beberapa bulan lalu.
Korban yang mengalami dugaan penganiayaan yakni Iskandar yang sejak beberapa bulan terakhir menjabat sebagai ketua tuha peut Gampong Punti.
Iskandar kepada awak media, Rabu, (28/8) mengatakan, Aksi brutal ini terjadi setelah puluhan warga mendatanginya pada Senin malam lalu sekitar pukul 22:00 WIB. Dia ditabrak dan pukul di bagian muka hingga mengalami memar di bagian pipi.
"Saat itu saya sedang berada di dekat rumah kepala desa, saya dipanggil oleh salah seorang pimpinan gerombolan itu lalu saya menghampirinya. Begitu saya hendak bicara dengan pimpinan mereka tiba tiba saya ditabrak menggunakan sepeda motor dari arah belakang mengenai betis sebelah kiri," ujarnya.
Setelah itu, lanjut Iskandar, saat dia menoleh kebelakang pukulan langsung menghantam mukanya. Karena tak tau apa penyebabnya dia berupaya membela diri dan mencoba menyelamatkan diri dari peristiwa itu, namun gagal setelah kawanan gerombolan tersebut membekap dan memegang erat dirinya.
"Saya mau melawan tapi seseorang dari mereka memegang sangat kuat sehingga membuat saya tak berdaya. Saking kuatnya badan saya jadi sakit semua dan gak lama kemudian mereka pun bubar dengan sendirinya," imbuhnya.
Akibat peristiwa itu, Iskandar mengalami memar di bagian pipi dan terkilir di pergelangan tangan hingga harus dirawat di RS Cut Meutia.
Iskandar menambahkan,Menurutnya, aksi brutal ini karena warga menuntut geuchik memasang baliho APBG 2024 dan memberi nama-nama penerima BLT. Melalui tuha peut warga meminta agar permintaan itu dipenuhi.
"Kami sudah sampaikan kepada geuchik, dan geuchik sudah memasang baliho dan nama-nama penerima BLT sudah kami kasih. Mungkin saja ada unsur lain sehingga mereka sangat brutal malam itu" ujar Iskandar.
Tak terima dengan aksi brutal warganya, Iskandar lantas melaporkan hal itu ke Polres Lhokseumawe keesokan harinya. Iya juga mengaku sudah divisum di rumah sakit cut meutia.
Dia berharap pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini karena aksi pemukulan sudah berulang terjadi.
Sementara itu Geuchik Punti, Safriani mengatakan pemukulan terhadap aparatur desa di Gampong Punti sudah dua kali terjadi. Sebelumnya sekelompok warga mengeroyok anggota tuha peut, Maksalmina di meunasah setempat.
Pemukulan ini terjadi saat rapat CPAW (calon pergantian antar waktu) tuha peut di meunasah setempat. Rapat terjadi deadlock dan adu mulut tak terhindarkan. Puncaknya, salah seorang warga memutus aliran listrik dengan mematikan saklar lampu.
"Dalam kondisi gelap gulita, tuha peut tadi dipukul dan dikeroyok warga. Hal ini juga sudah dilaporkan ke Polres Lhokseumawe," ujar Safriani.
Dia melanjutkan, beberapa bulan kemudian, rumah Maksalmina terbakar hebat hingga rata dengan tanah. Sebagian warga menduga terbakarnya rumah Maksalmina karena unsur kesengajaan atau dibakar. Sebagian lagi menduga adanya upaya provokasi. Yang jelas pihak kepolisian belum menemukan bukti petunjuk ke arah pidana.
"Sebelum terbakar rumah maxalmina, kelompok mereka pernah mencarinya, waktu itu habis magrib, karena maxalmina ketakutan, dia gak berani pulang ke rumah dan pada saat subuh rumahnya sudah rata dengan tanah,"ungkapnya.
Geuchik Punti berharap kejadian serupa tidak terulang lagi agar tidak ada yang dirugikan lagi. Dan semoga pihak Kepolisian bisa mengusut tuntas serta memberikan efek jera bagi para pelaku.
''Kami berharap kasus ini menjadi perhatian khusus bagi pimpinan kami, agar terciptanya jaminan keamanan dan keselamatan bagi aparatur desa. Kami siap menampung aspirasi masyarakat, tapi kami menolak cara-cara kekerasan" ujar Safriani.